Perjuangan Menuju Kampus Impian (STEI ITB 2016)

Poster semangatku untuk menuju kampus yang saya impikan. (Credits: http://www.keepcalm-o-matic.co.uk/)
Poster semangatku untuk menuju kampus yang saya impikan. (Credits: http://www.keepcalm-o-matic.co.uk/)

Cerita perjalanan sebuah perjuangan ini dimulai sekitar dua tahun lalu (puncaknya satu tahun yang lalu). Saat itu saya berada pada tingkatan tertinggi di sekolah menengaah pertama (baca: kelas 12). Saya memulai kelas 12 tanpa pemahaman yang mendalam tentang bagaimana perjuangan masuk kampus impian itu. saya hanya sekadar ‘ingin’ tanpa usaha yang konkret, atau bahasa yang mudahnya ‘masih mengikuti arus’. Padahal jelas-jelas tantangan di depan sangatlah berat, tapi bagi saya seolah tantangan yang jelas sungguh besar itu belum terlihat sangar sehingga sayapun masih tenang di zona nyaman saya. Awal kelas 12 tersebut saya mulai dengan semangat layaknya siswa kelas 12 lainnya dan dengan ‘target lokal’. Target lokal di sini yaitu saya menargetkan juara 1 pada semester 5 tersebut. Beberapa bulan awal jalannya semester saya masih cukup konsisten dengan ‘target lokal’ tadi (walaupun di akhir-akhir semester berkurang sedikit). Singkatnya, pada akhir semester saya hanya ranking 5 besar seingat saya (lupa antara 4 atau 5).

Perjalanan terus berlanjut. Satu semester pun sudah terlewat, artinya 6 bulan sudah habis untuk persiapan ke kampus. Namun, ini masalahnya. Waktu 6 bulan sudah habis, tapi saya masih belum juga tersadar bahwa perjuangan dan persaingan ke kampus impian itu sangat-sangatlah berat. Sebelumnya saya ingin kasih tau kalau jalur masuk ke kampus saya ini hanya dua, SNMPTN (seleksi lewat nilai rapor, atau yang dikenal dengan undangan) dan SBMPTN (jalur ‘pertempuran berdarah’ alias ujian tulis yang sangat ketat). Kembali ke masalah yang saya sebut sebelum ini, saya menyebutnya dengan kalimat “Kamu sadar bahwa kamu gak akan mungkin lolos lewat jalur undangan, tapi kamu masih belum nyiapin diri buat ujian tulis itu”. Kalimat yang terlambat saya maknai secara mendalam. Mari kita bahas maksud kalimatnya. Pertama, saya sebut kalau saya gak akan mungkin lolos lewat jalur undangan (SNMPTN), kenapa? Karena nilai kumulatif saya di sekolah dari semester 1-5 gak termasuk di jajaran papan atas ranking paralel (ranking paralel adalah ranking seluruh siswa satu angkatan). Alhasil, saya hanya menduduki peringkat 50an dari sekitar 250 siswa. Sangat tidak realistis kalau masih berharap lolos ke kampus impian itu lewat jalur ini dengan kondisi yang cukup menyedihkan tersebut. Kedua, “masih belum nyiapin diri buat ujian tulis”, maskudnya saya masih buta terhdapa ujian tulis tersbut. Tidak tau gimana medan perangnya, gimana ketat persaingannya, dan gimana tata cara seleksinya serta hal-hal teknis yang berkaitan dengan itu. Menyebalkan bukan? padahal itu udah kira-kira desember.

Waktu pun terus berlalu, kegiatan belajar-mengajar di sekolah terus berlanjut ke semester 6 (semester akhir massaya di sekolah tercinta itu). Hari terus berganti hari, dan sekolah saya pun masih sibuk nyiapin siswa-siswanya ‘hanya’ untuk sekadar ujian nasional (pada tulisan selanjutnya saya akan coba jelasin bedanya ujian evaluasi dan ujian seleksi). Sampai pada bulan maret. Pokoknya pada bulan inilah saya baru sadar-sesadarnya tentang kalimat yang saya tulis di atas tadi. Baru saat itulah saya tau dengan jelas tentang ujian tulis tersebut (SBMPTN). Walaupun saya sadar akan rintangan tersebut sebelum ujian itu datang, tapi bisa dibilang itu semua terlambat bagi saya (mungkin bagi sebagian yang lain di luar sana masih bisa ngejar semuanya, tapi kali ini saya bahas apa yang saya rasa pada saat itu). saya pun mulai nyusun semua materi yang akan diujiankan, bikin jadwal untuk membahasnya, dan mengsayamulasikan waktunya. Ya, memang tidak cukup jika hanya 2-3 bulan belajar yang ‘benar’ untuk menyiapkan semuanya. Kenapa saya bilang belajar yang ‘benar’? karena, menurut saya sebelum2nya, saya hanya belajar untuk sekadar menjawab soal dengan rumus-rumus yang telah ada tanpa menguasi konsep dasarnya. Dan sayapun merasa kehilangan esensi belajar. Sejak tersadar itulah saya mulai membenahi cara belajar saya. saya mulai perbaiki kembali dari fondasi dengan bertahap.

Lanjut cerita, ujian nasional pun tiba. saya melaksanakan ujian itu dengan ‘senjata’ yang terbilang cukup untuk ruang lingkup ujian evaluasi tersebut. Dan hasilnya pun ya cukuplah ya (karena bisa dibilang ‘ini gunanya buat apa sih?’). Lanjut ke ujian SBMPTN tersebut. Dengan ‘senjata’ bermodalkan ‘bambu runcing’ disaat orang lain menggunakan ‘sniper’ ataupun ‘shotgun’ terbaik di kelasnya. Jelasnya saya tumbang pada pertempuran 2015 tersebut (baca: SBMPTN 2015). Sedikit menjelaskan, pada sbmptn 2015 itu saya memilih STEI ITB, FTI ITB, dan Teknologi Informasi UGM. Pilihan bunuh diri memang. Sedih dan kecewa jelas menyelimuti tubuh saya saat hasil tersebut keluar. Tapi kalau diri saya bisa berkata kepadanya, mungkin ia akan bilang “hah, kecewa? usaha kamu aja menuju 0 disaat orang lain yang usahanya menuju tak hingga”.

Oke. Juli, 2015, saya tutup dengan sebuah kesuksesan menuju kampus impian yang masih tertunda. Nah? Kamu ga kuliah berarti? Ya, saya memilih untuk melanjutkan perjuangan dan penasaran saya pada pertempuran tersebut. Dan berharap pada pertempuran 2016 (SBMPTN 2016), saya dapat menaklukkannya.

Kita masuk ke puncaknya perjuangan saya. Satu tahun lalu jadi satu tahun yang penuh berarti dalam hidup saya. saya belajar banyak hal, belajar hal-hal baru, belajar dengan cara yang benar, memperbaiki fondasi belajar saya, dan belajar manajemen waktu yang lebih baik. Satu tahun itu saya isi dengan belajar mandiri serta bimbingan belajar untuk mengisi siang harinya. saya lebih ngerasa bisa fokus belajar pada malam hari mungkin sampai dini hari. Dan jam paling ga fokus ya siang harinya. Dari waktu zuhur sampai maghrib, saya paling ga bisa belajar. Makanya saya mengefektifin belajarnya pagi sama malam. Dan semangat saya paling khidmat adalah “STEI ITB OR STEI HOME!!”.

Hari demi hari saya lalui dengan belajar dan bahas soal-soal. Tryout-tryout di bimbel pun saya ikuti. Hasilnya pun terus meningkat tiap waktu (walaupun kadang ada penurunan di tengah jalan, tapi meningkat lagi seiring waktu). Tapi dalam perjalanan saya melewati satu tahun itu jangan dikira semulus itu. Pastinya ada rasa bosan, kendor semangatnya, motivasi menurun lagi, tapi semua itu jadi bumbu perjuangan ini.

Waktu demi waktu, akhirnya sampai lah pada tanggal pertempuran itu. 31 Mei 2016. Walaupun masih terasa ada kurang di sana-sini, tapi saya kali ini ke medan tempur dengan lebih gagah berani. saya berusaha fokus sefokusnya disaat ujian dan mencoba mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. Antara sesi Saintek dan TKPA saya isi dengan solat dhuha minta pertolongan ke Yang Mahsayaasa. Setelah siap ujian, saya pergi ke rumah teman saya untuk bahas beberapa soal yang saya jawab tadi. saya ingin ganti alur de javu tahun lalu (ga jelas emang hahaha). Pertempuran pun selesai. Kini tinggal menunggu waktu pengumumannya. Menaklukkan atau ditaklukkan (lagi).

Tanggal berganti, waktu yang dinanti-nati pun tiba. 28 Juni 2016 (bertepatan dengan 23 Ramadahn 1437 H). Pengumuman tepat pukul 17.00 WIB. saya ga kuat ngeliat hasilnya duluan, jadi saya minta tolong ke teman saya untuk buka pertama hasilnya. Sambil saya juga menunggu di depan komputer saya. Tepat pukul 17.00. Website pengumuman telah bisa diakses utk melihat hasilnya. Teman saya pun mulai membukanya (dia membuka hasilnya di rumahnya), saya cuma kontak lewat line. saya menanti hasil dari dia pun terlebih dahulu. Detik detik mendebarkan dalam hidup saya. saya cek line, di pop-up line keluar tulisan “Ya Allah” dari dia. Wah, hati saya udah luluh lantak saat itu, saya berpikir tidak lulus lagi, dan pikiran saya pun melayang ntah kemana, harus kuliah dimana tahun ini. Beberapa saat kemudian, muncul lagi pop-up line dari dia dengan tulisan “stei fiss!!!”. saya masih tidak percaya, namun harapan saya kembali muncul. saya buka line, dan tanya lagi kepastian hasilnya ke dia, lalu dia meyakinkan saya dengan ngirim screenshot hasil itu. saya masih tidak percaya, tapi udah bersyukur (kalau itu memang nyata). saya sendiri pun memberanikan diri membuka website hasilnya di komputer saya. Dan hasilnya…..

Pengumuman hasil SBMPTN 2016

Alhamdulillah Ya Allah, ini memang nyata. STEI ITB 2016. saya dinyatakan lolos melalui jalur ini di pilihan pertama. Seraya saya langsung sujud syukur, berterima kasih kepada pemilik Kuasa. saya langsung cari papsaya yang sedang berada di rumah, dan memeluknya sambil berkata “Hafis lulus Pa, stei itb”. Papsaya pun langsung bilang Alhamdulillah dan menyuruh saya untuk ngabarin mamsaya yang lagi kerja di kantor. saya menelpon mamsaya dan bilang kalau lulus di kampus impian saya. Mama pun bersyukur dan ikut bahagia atas kelulusan saya.

Pokoknya perasaan saya pada saat hasil pengumuman itu keluar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa bahagianya saya dan merasa semuanya masih tidak nyata. Tapi “Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?”. Yakinlah kalau semuanya telah diatur oleh Yang Mahapengatur. Kita tinggal usaha semaksimal yang kita bisa ataupun lebih, lalu serahkan kepada-Nya. Satu kalimat penutup cerita perjuangan saya ini adalah “Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, yakinlah, dan lsayakan yang terbaik dari diri kamu”. Untuk adik-adik yang saat ini kelas 12 atau yang akan menuju kelas 12, saran saya yaitu sadarlah secepatnya, tentuin targetmu dari awal, karena tantangan menuju kampus impianmu memang benar-benar berat. Jangan mau nyesal di akhir, karena penyesalan di akhir gak ada gunanya. Inilah perjuangan saya masuk ke kampus impian ini, semoga mencerahkan.

Hafis Alrafi Irsal,
STEI ITB 2016

saya dan Kampusku. (Instagram: hafisalrafi)
saya dan kampus perjuangan. (Instagram: hafisalrafi)

15 pemikiran pada “Perjuangan Menuju Kampus Impian (STEI ITB 2016)

  1. Menarik! Well, kamu telah memperjuangkan masuk ke kampus impianmu. Dan saya harap kamu tidak kembali telat menyadari untuk memperjuangkan keluar (baca: lulus) dari kampus impianmu. Semangat!

  2. dulu ngerjain rata2 10 soal per mapel, tapi utk saintek pas sbmptn kurang dari 10 kok (tapi emg beneran yg aku rasa pasti doang)

  3. Gilaaa… Bikin aku makin semangat buat lolos SBMPTN 2018. Apalagi jurusannya Teknik Informatika ITB, bismillah. Moga bisa nyusul ya kak, Thank’s banget buat pencerahannya yang kemaren ngedown soalnya STEI jurusan paling sulit ditembus SBMPTN 2017.

  4. Semangat ya!! Ditunggu di Informatika ITB. Jangan lupa usaha semaksimal mungkin, “you can if you think you can”

  5. Halo Stevi, kalo tips dari aku bagusnya kamu langsung fokus ke belajar sbmptn karena yg udah aku jelasin sbmptn itu ujian seleksi dan un ‘hanya’ ujian evaluasi. Mulai dari skrg buka2 soal sbmptn tahun2 lalu, kerjain, dan belajar materinya per bab. Kalo udah lancar sbmptn, un pastinya juga bisa. Semangat ya!

  6. Terimakasih kak atas sarannya
    Ada email atau apa begitu kak yang bisa dihubungi soanya mau tanya-tanya soal SBMPTN

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.